Khutbah Jum'at : JUJUR: PRINSIP BISNIS RASULULLAH SAW



ﺇِﻥّ ﺍﻟْﺤَﻤْﺪَ ِﻟﻠﻪِ ﻧَﺤْﻤَﺪُﻩُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻌِﻴْﻨُﻪُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻐْﻔِﺮُﻩُ ﻭَﻧَﻌُﻮْﺫُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻣِﻦْ ﺷُﺮُﻭْﺭِ ﺃَﻧْﻔُﺴِﻨَﺎ ﻭَﺳَﻴّﺌَﺎﺕِ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟِﻨَﺎ ﻣَﻦْ ﻳَﻬْﺪِﻩِ ﺍﻟﻠﻪُ ﻓَﻼَ ﻣُﻀِﻞّ ﻟَﻪُ ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﻀْﻠِﻞْ ﻓَﻼَ ﻫَﺎﺩِﻱَ ﻟَﻪُ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻّ ﺍﻟﻠﻪُ ﻭَﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥّ ﻣُﺤَﻤّﺪًﺍ ﻋَﺒْﺪُﻩُ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟُﻪُ
ﺍَﻟﻠﻬُﻢّ ﺻَﻞّ ﻭَﺳَﻠّﻢْ ﻋَﻠﻰ ﻣُﺤَﻤّﺪٍ ﻭَﻋَﻠﻰ ﺁﻟِﻪِ ﻭِﺃَﺻْﺤَﺎﺑِﻪِ ﻭَﻣَﻦْ ﺗَﺒِﻌَﻬُﻢْ ﺑِﺈِﺣْﺴَﺎﻥٍ ﺇِﻟَﻰ ﻳَﻮْﻡِ ﺍﻟﺪّﻳْﻦ .
ﻳَﺎﺃَﻳّﻬَﺎ ﺍﻟّﺬَﻳْﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮْﺍ ﺍﺗّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﺣَﻖّ ﺗُﻘَﺎﺗِﻪِ ﻭَﻻَ ﺗَﻤُﻮْﺗُﻦّ ﺇِﻻّ ﻭَﺃَﻧْﺘُﻢْ ﻣُﺴْﻠِﻤُﻮْﻥَ

Para hadirin, jamaah Jum’at yang saya muliakan.

Untuk memulai khotbah siang ini, saya kutipkan sabda Nabi SAW yang diceritakan oleh Mu’adz bin Jabal r.a. Nabi SAW bersabda:


“Sungguh penghasilan yang terbaik ialah penghasilan para pedagang yang apabila berbicara, ia tidak bohong; apabila ia diberi amanah, tidak berkhianat; apabila ia berjanji,  tidak mengingkarinya; apabila ia membeli, tidak mencela; apabila ia menjual, tidak berlebihan (dalam menaikkan harga); apabila ia berhutang, tidak menunda-nunda pelunasan; dan apabila ia menagih hutang, tidak memperberat orang yang sedang kesulitan.” (HR. Al Baihaqy, Al Hakim dan Al Dailami, namun Ibnu Abi Hatim dalam Al ‘Ilal menyatakan bahwa hadits ini batil, Al Manawie juga berkomentar bahwa dalam sanadnya terdapat rowie Tsaur bin Yazid Al Kala’ie Al Himshi yang dipaparkan oleh Al Dzahabie dalam Al Dua’afa’, ia berkata: ‘Ia rowie yang tsiqah namun dikenal dengan beraqidah qadariah sehingga ia diusir dari kota Khimsh dan dibakar rumahnya).

Tujuh etika bisnis yang diajarkan nabi SAW di atas bermuara pada satu sifat, yaitu kejujuran. Kejujuran menuntut apa adanya, kejelasan, keterbukaan, keberanian dan tanggung jawab. Semua integritas seseorang dalam manajemen diukur pertama kali dari sudut kejujuran. Dengan demikian, kejujuran berdampak pada kesuksesan, dan sebaliknya ketidakjujuran berdampak pada kejatuhan.  Sifat jujur dan amanah adalah sifat utama Nabi SAW Kedua sifat ini tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Dua sifat ini tidak bisa dimiliki seseorang secara spontan, melainkan memerlukan pembiasaan panjang hingga menjadi tabiat. Nabi SAW pernah menjelaskan pengaruh kejujuran terhadap kebaikan dan pengaruh kebohongan terhadap kejahatan:  




“Wajib atas kalian berbuat jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan membimbing pada kebaikan, dan kebaikan itu akan membimbing ke surga. Sungguh jika seseorang senantiasa berlaku jujur maka ia akan dicatat sebagai orang yang jujur. Sungguh dusta itu akan mengantarkan pada kejahatan, dan sungguh kejahatan itu akan menggiring ke neraka. Sungguh jika seseorang selalu berdusta maka ia akan dicatat sebagai seorang pendusta.” (HR. Ahmad, Al Bukhari dan Muslim, Malik,  Al Turmudzi,
Ibnu Hibban, Ibnu Asakir dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu)

Para hadirin, jamaah Jum’at yang saya muliakan.

Dalam berbisnis, kejujuran semata tidaklah cukup, tapi memerlukan juga kecerdasan. Kejujuran terkait dengan kredibilitas, sedangkan kecerdasan terkait dengan kapabilitas. Dua aspek ini akan menghasilkan kepercayaan (trust) yang dibutuhkan dalam semua bisnis. Kepercayaan dapat berperan sebagai modal, strategi, maupun identitas. Nabi SAW mendapat identitas sebagai manusia terpercaya atau al-amin. Dengan identitas ini, masyarakat Mekah tidak mempersoalkan kekayaan Nabi ataupun garis keturunannya, melainkan pada identitas beliau sebagai alamin tersebut. Identitas inilah yang membawa keberhasilan nabi ketika berbisnis ataupun ketika berdakwah. Subhanallah, jika orang sudah mengenal Anda dengan identitas al-amin, saya yakin seyakin-yakinnya, Anda tidak akan mengalami kesulitan berbisnis dengan siapapun. Mereka justru
mendapat kenikmatan berbisnis dengan Anda.

Dalam kesempatan lain, Nabi SAW juga bersabda:



“Ada empat sifat yang jika semuanya ada pada dirimu, maka tidak akan (menjadi sebab) kesusahanmu apapun (harta dunia) yang telah lepas (dari genggamanmu), yaitu menjaga amanah, bicara jujur, berakhlak mulia, dan selalu menjaga kesucian diri.” (HR. Ahmad bin Hanbal, Al Hakim dalam Al Mustadrak, AL Thabrani, Al Kharaithi dalam Makarim Al Akhlaq, Al Baihaqi dalam Syuab Al Iman dari Abdullah bin ‘Amr ra, Ibnu Adi dan Ibnu Asakir dari Ibnu Abbas)  

Berdasar hadits di atas, maka siapapun yang memegang teguh amanah (kepercayaan), jujur, berinteraksi yang baik dengan sesama manusia, dan menjaga diri dari sifat-sifat yang mengotori hati, yaitu iri, dengki, dendam dan sebagainya, maka ia dipastikan hidup penuh kemudahan, termasuk dalam berbisnis. Sebaliknya, jika kita bertemu dengan orang yang hidupnya serba susah, maka berdasar hadits di atas, bisa jadi itu karena ia mengabaikan sifat-sifat mulia yang diajarkan Rasulullah SAW tersebut. 

Pebisnis yang jujur tidak hanya mendapat surga duniawi berupa banyaknya orang yang ingin bermitra bisnis dengannya, tapi juga surga akhirat, yaitu banyaknya para syuhada yang bersamanya dalam surga. Rasulullah SAW, mensejajarkan pebisnis yang jujur dengan kemuliaan para pejuang muslim yang mati sebagai syuhada. Luar biasa. Nabi SAW bersabda: 
َ



“Pedagang yang amanah, jujur dan muslim kelak pada hari kiamat  akan bersama para syuhada.” (HR. Ibnu Majah, Al Baihaqi, Al Hakim, dan Al Thabrani dari Ibnu Umar akan tetapi derajat hadits ini dhaif dikarenakan terdapat rowie yang bernama Kultsum bin Jausyan Al Qusyairi, bahkan Ibnu Abi Hatim dalam Al-Ilal menyatakan bahwa ayahnya, yaitu Abu Hatim, berkata bahwa hadits ini tidak ada asalnya.)

Para hadirin, jamaah Jum’at yang saya muliakan.

Bisnis syariah hanya tumbuh dan berkah jika semua pelakunya  mengedepankan kejujuran. Memang perjuangan pebisnis muslim untuk jujur dan tepercaya sangat berat, lebih-lebih di tengah masyarakat yang  hanya bicara uang tanpa memperhatikan etika dan prinsip-prinsip syariah.  Tapi, kita sebagai pengikut Rasulullah tidak boleh menyerah, sebab berbisnis syariah bukan sebuah pilihan melainkan keharusan.

Sebagai penutup, saya bacakan firman Allah SWT tentang perintah menjadikan Rasulullah SAW sebagai idola dan tauladan dalam segala hal, yaitu: amanah, kejujuran, semangat bekerja dan semangat berbagi serta tauladan dalam rukuk dan sujudnya kepada Allah SWT: 





“Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik  bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab: 21)


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Khutbah Jum'at : JUJUR: PRINSIP BISNIS RASULULLAH SAW"

Post a Comment