Syariat Islam merupakan salah satu kekhasan yang sangat melekat ketika setiap saat orang membahas tentang Aceh. Implementasi Syariat Islam berusaha diwujudkan dalam setiap aspek kehidupan di Aceh. Hampir setiap isu terkait dengan penerapan Syariat Islam di Aceh menarik dari sisi pemberitaan baik skala lokal, nasional hingga internasional. Demikian juga halnya ketika muncul gagasan untuk menciptakan wisata halal di Aceh dengan penekanan nuansa Syariat Islam yang kental. Potensi pariwisata Aceh sangatlah menjanjikan terutama unsur budayanya yang unik, pesona alamnya yang sangat indah dan natural dan kuliner terutama cita rasa kopinya yang sudah mendunia.
Salah satu yang terlintas ketika orang menyebut Aceh adalah penerapan. Syariat Islam dalam setiap sendi kehidupan, tidak terkecuali dalam aspek pariwasata halal yang sudah sangat terkenal. Wisata halal pada dasarnya adalah menawarkan dan menjanjikan segala sesuatu yang mencerminkan nilai-nilai keIslaman, mulai dari hal yang paling kecil sekalipun sampai kepada ketersediaan layanan dan fasilitas yang ramah muslim.
Baca Juga : Wisata Halal di Lombok yang Wajib di Kunjungi
Baca Juga : Wisata Halal di Lombok yang Wajib di Kunjungi
Terminologi wisata halal dalam literatur pada umumnya merujuk kepada banyak istilah antara lain Islamic tourism, syari’ah tourism, halal travel, halal friendly tourism destination, Muslimfriendly travel destinations, dan halal lifestyle. Keseluruhan istilah tersebut jika kita tarik benang merahnya mengacu kepada satu hal yaitu berlakunya prinsip-prinsip Islam secara umum dalam semua aspek yang ditawarkan dalam paket wisata halal tersebut.
Kementerian Pariwisata meluncurkan sebuah program Indonesia Muslim Travel Index (IMTI) 2019 di lobi lantai 2 Gedung Sapta Pesona, Kantor Kementerian Pariwisata (Kemenpar) pada Senin, 8 April 2019. IMTI 2019 menjadi acuan dalam menstandarisasi global destinasi pariwisata halal Indonesia 2019 dengan mengacu pada Global Muslim Travel Index (GMTI).
Untuk kesekian kalinya emerintah Provinsi Aceh berhasil meraih peringkat kedua sebagai destinasi pariwisata halal unggulan di Indonesia tahun 2019 dari 10 Provinsi di Indonesia dalam program Indonesia Muslim Travel Index (IMTI) 2019 dengan skor 66.
Penilaian IMTI berdasakan empat indikator utama yang telah ditetapkan oleh GMTI yakni: accessibility (aksesibilitas), communication (komunikasi), environment (lingkungan) dan service (layanan).
Berikut beberapa tempat kunjungan wisata religi di Provinsi Aceh:
Merupakan salah satu masjid kebanggaan masyarakat Aceh. Tidak hanya menjadi ikon Kota Banda Aceh, namun masjid ini juga mencirikan keagungan Aceh. Masjid tersebut memiliki daya tarik tersendiri bagi para traveler terlebih setelah peristiwa tsunami, masjid ini tetap berdiri kokoh padahal bangunan di sekelilingnya sudah luluh lantak oleh dahsyatnya gempa dan Tsunami yang terjadi pada 26 Desember 2004 silam
Banyak muslim yang ingin melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana keagungan dan keindahan bangunan ini sebagai rumah Allah yang terlindungi dan terjaga. Bagi masyarakat Aceh, Masjid Raya Baiturrahman tak sekedar sebagi rumah ibadah saja. Masjid ini terletak Kota Banda Aceh ini telah melewati pembabakan sejarah yang panjang sebelum seperti saat ini.
Masjid ini memiliki wajah baru, ada payung-payung elektrik yang menaungi lantai marmer menggantikan hamparan rumput hijau yang dulunya membalut sekeliling pekarangan. Masjid ini dianggap seperti Masjid Nabawi di Arab Saudi.
Pulau Weh adalah sebuah pulau yang penuh dengan keindahan alam semulajadi di provinsi Aceh yang menjadi destinasi pelancongan yang sangat popular dan dikenali sebagai salah satu tempat terbaik untuk menyelam di Indonesia. Pulau ini menawarkan air yang jernih dan pantai pantai yang cantik. Sabang adalah ibu kota Pulau Weh.
Pulau ini terkenal karena keindahan alamnya yang sangat memanjakan mata para wisatawan mulai dari pantai yang indah, terumbu karang yang menakjubkan, hingga tempat hewan dilindungi seperti hiu bermulut besar dan katak Bufo valhallae (genus Bufo) yang sudah terancam punah ada di Pulau Weh. Pesona pulau terluar Indonesia ini tak ada habisnya untuk dinikmati keindahannya.
Pulau ini terkenal karena keindahan alamnya yang sangat memanjakan mata para wisatawan mulai dari pantai yang indah, terumbu karang yang menakjubkan, hingga tempat hewan dilindungi seperti hiu bermulut besar dan katak Bufo valhallae (genus Bufo) yang sudah terancam punah ada di Pulau Weh. Pesona pulau terluar Indonesia ini tak ada habisnya untuk dinikmati keindahannya.
Pulau Weh adalah tempat yang indah untuk berehat, pulau ini terdiri daripada lima pulau, iaitu Pulau Rubiah, Pulau Seulako, Pulau Klah, Pulau Rondo dan Pulau Weh yang terbesar. Ada pelbagai tempat menarik di Sabang, Pulau Weh yang boleh anda kunjungi saat bercuti ke Pulau ini.
3. Museum Tsunami
Museum Tsunami Aceh merupakan sebuah museum di Banda Aceh yang dirancang sebagai monumen simbolis untuk mengingat peristiwa bencana gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004 sekaligus pusat pendidikan bencana dan tempat perlindungan darurat andai tsunami terjadi lagi. Museum ini merupakan sebuah bangunan bersejarah bagi warga Aceh. Siapapun yang datang ke museum ini pasti akan merasakan nuansa seram dan mencekam. Namun demikian ada banyak hal - hal yang belum diketahui oleh traveler tentang Museum Tsunami Aceh ini.
Di dalam Museum Tsunami Aceh ini terdapat beberapa ruangan yang masing-masing menceritakan sebuah proses para korban bencana gempa dan tsunami dalam menjalani musibah ini. didalam museum itu terdapat ruangan Jembatan Harapan (Hope Bridge). Di area ini dipasang bendera dari 52 negara yang telah memberikan bantuan bagi para korban tsunami. Arsitektur bangunan museum ini didesain Ridwan Kamil. Tema Desain ini adalah 'Rumoh Aceh as Escape Hill' iyang akhirnya terpilih dalam sayembara.
Museum Tsunami terbagi menjadi beberapa segmen. Segmen yang pertama yang berada di lantai dasar yang mempunyai fungsi sebagai wahana untuk memperingati kejadian Bencana Gempa dan Tsunami yang terjadi 2004 silam, berupa ruang display dokumentasi visual dan 'cerobong' berisi nama para korban. Kemudian Melalui tangga spiral dan sebuah jembatan melintang, kita memasuki segmen yang kedua yaitu terletak tepat di lantai 2, yaitu sebagai wahana edukasi tsunami berupa dokumentasi tentang sejarah tsunami, diorama, berbagai alat peraga sains yang berkaitan dengan peristiwa tsunami dan ruang perpustakaan. Di lokasi ini pun para traveler bisa berfoto-foto atau berswafoto. Banyak spot menarik memang di sini. Segmen yang ketiga yaitu sebuah ruang terbuka di atap gedung yang mempuinyai fungsi sebagai wahana untuk evakuasi masyarakat ketika terjadi kembali Gempa dan Tsunami
Bagi wisatawan yang ingin berkunjung, Museum Tsunami Aceh ini terletak di Jalan Sultan Iskandar Muda, Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh, Aceh. Tidak susah mencari museum ini sebab lokasinya sangat strategis, yakni tepat berada di jantung Kota Banda Aceh berjarak 500 meter dari Masjid Raya Baiturrahman.
4. Pantai Lampuuk Aceh, Primadona dari Tanah Rencong
Pantai Lampuuk Aceh Besar merupakan salah satu pantai yang keindahan yaitu berpasir putih dan banyak ditumbuhi berbagai pohon cemara. Pantai ini merupakan salah satu primadona wisata alam bagi para traveler yang sedang berkunjung di Tanah Rencong. Pantainya langsung menghadap ke Samudera Hindia. pantai ini memiliki air yang jernih sehingga dapat dilihat secara jelas kedalam laut dan berbagai jenis karang, pantai yang letaknya sangat strategis berjarak 17 kilometer ke arah selatan dipinggiran Kota Banda Aceh dan dapat ditempuh baik dengan kenderaan roda dua maupun roda empat.
Pantai Lampuuk sanagt dikenal dengan pasirnya yang putih bersih dan lembut. Air laut tampak jernih dan berwarna biru kehijauan. Suasananya terasa sejuk dan tenang. Wisatawan bisa menikmati keindahan matahari tenggelam pada sore hari di pantai Lampuuk. Keindahan alam Pantai Lampuuk dijamin tidak akan mengecewakan para penggemar wisata bahari termasuk Anda.
5. Museum Negeri Aceh
Jika Anda termasuk pecinta wisata sejarah, Museum Aceh ini adalah tempat yang nggak boleh dilewatkan anda ketika singgah di Provinsi Aceh. Museum Aceh adalah sebuah museum etnografi yang berasal dari suku bangsa-suku bangsa asli yang mendiami Aceh. Museum ini menyimpan berbagai pernak-pernik peninggalan sejarah masyarakat Aceh sejak era prasejarah. Disini kita dapat menemukan berbagai jenis perkakas, peralatan pertanian, peralatan rumah tangga, senjata tradisional dan pakaian tradisional.
Diantara koleksi yang cukup populer dari museum ini adalah sebuah lonceng yang usianya telah mencapai 1400 tahun. Lonceng ini bernama ‘Lonceng Cakra Donya’ yang merupakkan hadiah dari Kaisar Cina dari Dinasti Ming kepada Sultan Pasai pada Abad Ke-15, yang dihadiahkan saat perjalanan muhibah Laksamana Muhammad Cheng Ho. Lonceng ini dibawa ke Aceh saat Sultan Ali Mughayat Syah dari Kesultanan Aceh menaklukkan Pasai pada tahun 1524 M.
Museum Tsunami Aceh merupakan sebuah museum di Banda Aceh yang dirancang sebagai monumen simbolis untuk mengingat peristiwa bencana gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004 sekaligus pusat pendidikan bencana dan tempat perlindungan darurat andai tsunami terjadi lagi. Museum ini merupakan sebuah bangunan bersejarah bagi warga Aceh. Siapapun yang datang ke museum ini pasti akan merasakan nuansa seram dan mencekam. Namun demikian ada banyak hal - hal yang belum diketahui oleh traveler tentang Museum Tsunami Aceh ini.
Di dalam Museum Tsunami Aceh ini terdapat beberapa ruangan yang masing-masing menceritakan sebuah proses para korban bencana gempa dan tsunami dalam menjalani musibah ini. didalam museum itu terdapat ruangan Jembatan Harapan (Hope Bridge). Di area ini dipasang bendera dari 52 negara yang telah memberikan bantuan bagi para korban tsunami. Arsitektur bangunan museum ini didesain Ridwan Kamil. Tema Desain ini adalah 'Rumoh Aceh as Escape Hill' iyang akhirnya terpilih dalam sayembara.
Museum Tsunami terbagi menjadi beberapa segmen. Segmen yang pertama yang berada di lantai dasar yang mempunyai fungsi sebagai wahana untuk memperingati kejadian Bencana Gempa dan Tsunami yang terjadi 2004 silam, berupa ruang display dokumentasi visual dan 'cerobong' berisi nama para korban. Kemudian Melalui tangga spiral dan sebuah jembatan melintang, kita memasuki segmen yang kedua yaitu terletak tepat di lantai 2, yaitu sebagai wahana edukasi tsunami berupa dokumentasi tentang sejarah tsunami, diorama, berbagai alat peraga sains yang berkaitan dengan peristiwa tsunami dan ruang perpustakaan. Di lokasi ini pun para traveler bisa berfoto-foto atau berswafoto. Banyak spot menarik memang di sini. Segmen yang ketiga yaitu sebuah ruang terbuka di atap gedung yang mempuinyai fungsi sebagai wahana untuk evakuasi masyarakat ketika terjadi kembali Gempa dan Tsunami
Bagi wisatawan yang ingin berkunjung, Museum Tsunami Aceh ini terletak di Jalan Sultan Iskandar Muda, Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh, Aceh. Tidak susah mencari museum ini sebab lokasinya sangat strategis, yakni tepat berada di jantung Kota Banda Aceh berjarak 500 meter dari Masjid Raya Baiturrahman.
4. Pantai Lampuuk Aceh, Primadona dari Tanah Rencong
Pantai Lampuuk Aceh Besar merupakan salah satu pantai yang keindahan yaitu berpasir putih dan banyak ditumbuhi berbagai pohon cemara. Pantai ini merupakan salah satu primadona wisata alam bagi para traveler yang sedang berkunjung di Tanah Rencong. Pantainya langsung menghadap ke Samudera Hindia. pantai ini memiliki air yang jernih sehingga dapat dilihat secara jelas kedalam laut dan berbagai jenis karang, pantai yang letaknya sangat strategis berjarak 17 kilometer ke arah selatan dipinggiran Kota Banda Aceh dan dapat ditempuh baik dengan kenderaan roda dua maupun roda empat.
Pantai Lampuuk sanagt dikenal dengan pasirnya yang putih bersih dan lembut. Air laut tampak jernih dan berwarna biru kehijauan. Suasananya terasa sejuk dan tenang. Wisatawan bisa menikmati keindahan matahari tenggelam pada sore hari di pantai Lampuuk. Keindahan alam Pantai Lampuuk dijamin tidak akan mengecewakan para penggemar wisata bahari termasuk Anda.
5. Museum Negeri Aceh
Jika Anda termasuk pecinta wisata sejarah, Museum Aceh ini adalah tempat yang nggak boleh dilewatkan anda ketika singgah di Provinsi Aceh. Museum Aceh adalah sebuah museum etnografi yang berasal dari suku bangsa-suku bangsa asli yang mendiami Aceh. Museum ini menyimpan berbagai pernak-pernik peninggalan sejarah masyarakat Aceh sejak era prasejarah. Disini kita dapat menemukan berbagai jenis perkakas, peralatan pertanian, peralatan rumah tangga, senjata tradisional dan pakaian tradisional.
Diantara koleksi yang cukup populer dari museum ini adalah sebuah lonceng yang usianya telah mencapai 1400 tahun. Lonceng ini bernama ‘Lonceng Cakra Donya’ yang merupakkan hadiah dari Kaisar Cina dari Dinasti Ming kepada Sultan Pasai pada Abad Ke-15, yang dihadiahkan saat perjalanan muhibah Laksamana Muhammad Cheng Ho. Lonceng ini dibawa ke Aceh saat Sultan Ali Mughayat Syah dari Kesultanan Aceh menaklukkan Pasai pada tahun 1524 M.
0 Response to "5 Objek Wisata halal di Aceh yang Wajib Dikunjungi "
Post a Comment